KONSEP DASAR ILMU PENDIDIKAN ISLAM

Standar
MAKALAH

KONSEP DASAR

ILMU PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam

Dosen : Prof. Dr. Dja’far Siddik, MA

Asisten Dosen : Linawati, S.Ag, MA

 Oleh :

Kelompok 3

HIKMAH MAULIDA SARI NASUTION              0305162154

LIKA MALIKA                                                      0305161031

LINDA ARMILA NASUTION                              0305163177

LOVIEANTA ARRIZA                                          0305161057

MAS BERLIAN NASUTION                                0305163204

UTAMI IDA LESTARI HARAHAP                     0305162139

KELAS PMM -3 / SEMESTER II

logo-uinsu-copy

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

 

BAB I

PENDAHULUAN

 A. LATAR BELAKANG

Pada masa sekarang, masa dimana globalisasi tidak bisa dihindari, akan tetapi adanya perkembangan zaman itulah yang harus diterima dengan cara memilih apa saja yang harus kita pilih untuk kemaslahatan bersama. Belakangan ini banyak konsep pendidikan yang bobrok, realita ini banyak ditemukan di kota-kota besar. Memang dalam kelimuan non agama bisa dikatakan unggul, akan tetapi nilai spiritual yang ada sangatlah tidak cocok bila dikatakan sebagai seorang muslim.

Hakikat manusia menurut Islam adalah makhluk (ciptaan) tuhan, hakikat wujudnya bahwa manusia adalah makhluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan lingkungan. Manusia sempurna menurut Islam adalah jasmani yang sehat serta kuat dan berketrampilan cerdas serta pandai. Dan ini semua bisa dilatih dengan pendidikan. Pendidikan dalam Islam mengajarkan setiap manusia umumnya dan umat Islam khususnya untuk mencapai dan mewujudkan sebuah tujuan yang sesungguhnya yaitu untuk selalu taat dan patuh kepada Allah Swt. Ketidak patuhan inilah salah satunya sifat manusia yang tidak memiliki dasar pendidikan. Allah memberikan potensi Fitrah kepada manusia sejak ia lahir ke dunia dan perlu ada bimbingan dan pendidikan yang dibebankan kepada kedua orangtua sebagai pendidik awal anaknya. Maka dari itu penulis akan mengkaji tentang konsep pendidikan dalam Islam yang sesungguhnya, agar bisa membentuk dan mengembangkan seluruh potensi manusia baik jasmaniyah maupun rohaniyah agar selalu beribadah dan bertaqwa kepada Allah Swt.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah yang akan dibahasa, yaitu:

  1. Karakteristik Ilmu Pendidikan Islam
  2. Obyek Ilmu Pendidikan
  3. Obyek Kajian dan Sistematika
  4. Manfaat Kajian Ilmu Pendidikan Islam 
  5. Evidensi Empirik

C. TUJUAN

Tujuan pembuatan makalah ini adalah :

  1. Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam
  2. Untuk memberikan pemahaman tentang konsep dasar ilmu pendidikan Islam
  3. Membantu mahasiswa dan para pembaca untuk memahami konsep dasar ilmu pendidikan dalam Islam.

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A. KARAKTERISTIK ILMU PENDIDIKAN ISLAM

Dalam perbincangan sehari-hari, sering kali dikacaukan antara pengertian “ilmu mendidik” dengan “ilmu pendidikan”. Padahal kedua istilah itu jelas berbeda meskipun memiliki banyak kesamaan. Ilmu mendidik merupakan suatu ilmu yang berkaitan dengan tindakan atau cara praktik mendidik, yaitu bagaimana cara mendidik.[1] Sedangkan ilmu pendidikan merupakan sutau disiplin ilmu yang berhubungan dengan fakta, konsep, prinsip, nilai atau sikap serta prosedur-prosedur pendidikan berdasarkan pemikian dan penelitian ilmiah.[2]

Disebut sebagai fakta disebabkan pembahasannya adalah segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya. Contoh fakta antara lain : Nabi Muhammad Saw dilahirkan pada Tahun Gajah di Kota Mekkah. Konsep adalah segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul segala hasil pemikiran dan penelitian, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, dan inti/isi dan sebagainya. Contohnya antara lain, Filsafat pendidikan Islam hanya memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang bersifat filosofis saja. Sedangkan prinsip merupakan hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil, rumus, adigium, postulat, paradigma, dan teorema. Contohnya, Seorang Muslim yang sedang musyafir diperkenankan untuk tidak berpuasa dan mengganti puasanya sebanyak yang ditinggalkan pada hari yang lain sebanyak hari puasa yang ditinggalkannya. Nilai atau sikap yang dimaksudkan adalah hasil transinternalisasi dari aspek sikap, misalnya, nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong. Contohnya, bahwa nilai-nilai pendidikan pada ibadah puasa dalam kehidupan sehari-hari merupakan cerminan dalam bentuk sikap yang dapat merasakan dan peduli terhadap penderitaan orang miskin yang memerlukan uluran bantuan. Prosedur adalah langkah-langkah sistematis atau berutan (tertib) dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem. Contohnya adalah praktik ibadah shalat yang dimuali dengan nilai dan diakhiri dengan salam.

Kelima hal diatas menjadi penelaah dan pengkajian dalam ilmu pendidikan Islam. Akan tetapi, disebabkan ilmu mendidik juga membahas operasionalisasi atau prosedur pendidikan, maka ilmu mendidik merupakan bagian ilmu pendidikan.[3]

Akan halnya Ilmu pendidikan Islam adalah disiplin ilmu pendidikan yang berlandaskan ajaran islam, yang teori dan konsep-konsepnya digali dan dikembangkan melalui pemikiran dan penelitian ilmiah berdasarkan tuntunan dan petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah. Al-Qur’an bukan buku pendidikan, tetapi sesuai dengan tujuan dan fungsinnya sebagaimana dalam firman Allah Swt QS An-Nahl [16] : 89

وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِي كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا عَلَيْهِمْ مِنْ أَنْفُسِهِمْ ۖ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيدًا عَلَىٰ هَٰؤُلَاءِ ۚ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ

Artinya: (Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.

Pada ayat tersebut terdapat kalimat “tibyan li kulli sya’i” yang artinya menjelaskan segala sesuatu, maka sekurang-kurangnya terdapat di dalamnya petunjuk mengenai pendidikan. Karena itulah para ulama menjadikan Ijtihad guna menggali dan mengembangkan teori-teori pendidikan Islam, yang pada akhirnya melahirkan teori dan konsep ilmu pendidikan Islam.[4]

Ilmu pendidikan Islam tidak dapat disebut sebagai filsafat pendidikan Islam atua cabang filsafat pendidikan Islam. Karakteristik dan sifat  Ilmu pendidikan Islam ditegakkan atas dasar prinsip keilmuan sebagaimana displin ilmu lainnya yang memiliki obyek yang jelas, logis, memiliki struktur yang sistematis, memiliki metode yang spesifik serta memiliki evidensi empirik yang secara kumulatif akan terus berkembang.[5]

Memang dalam hal tertentu, ilmu pendidikan Islam terlihat identik dengan filsafat pendidikan Islam, karena di dalam ilmu pendidikan Islam dipersoalkan juga mengenai hal-hal yang bersifat fundasional, terutama mengenai konsep pendidikan sebagai bagian dari ilmu teoritisnya. Hal tersebut dalam filsafat pendidikan Islam sesuai dengan sifatnya yang mempelajari sesuatu secara radikal dan sehakiki mungkin.

Menurut Usiono, filsafat pendidikan Islam merupakan segala prinsip dasar dan konsep yang fundamental yang dituangkan dalam sekumpulan upaya tindakan dan perkataan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengembangkan segala potensi dan aspek peserta didik yang berpedoman kepada Al-Quran dan Hadis untuk mewujudkan tugas dan fungsi manusia di bumi ini sebagai hamba dan khalifah Allah swt.[6]

Mulkham memberikan pengertian filsafat pendidikan Islam adalah suatu analisis atau pemikiran rasional yang dilakukan secara kritis, radikal, sistematis dan metodologis untuk memperoleh pengetahuan mengenai hakikat pendidikan Islam.[7] Dan menurut Salminawati filsafat pendidikan Islam adalah suatu kajian filosofis mengenai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli khususnya filosof Muslim sebagai sumber skunder.[8]

 Dari pengertian filsafat diatas, dapat diketahui hal yang membedakan filsafat pendidikan Islam dengan ilmu pendidikan Islam adalah bahwa filsafat pendidikan Islam hanya memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang bersifat filosofis saja dengan kemampuan berargumentasi secara logis, tanpa mempersoalkan evidensi empiriknya. Sedangkan ilmu pendidikan Islam hanya akan memberi jawaban atas pertanyaan yang bersifat teoritis dan konsepsional dengan tetap memperhatikan evidensi empiriknya. Dan pada filsafat pendidikan Islam tidak mempermasalahkan bagaimana perencanaan dan operasionalnya, sedangkan ilmu pendidikan Islam masih meneruskan pembahasan mengenai kemungkinan teori itu bisa dilaksanakan atau tidak pada kondisi dan situasi tertentu.[9]

B. OBYEK ILMU PENDIDIKAN

Ilmu pendidikan umumnya, khususnya ilmu pendidikan Islam memiliki 2 obyek, yaitu obyek materi dan obyek forma. Obyek materinya adalah manusia yang sedang berkembang, yaitu manusia yang sedang mengalami pertumbuhan di dunia ini yang didasarkan pada pandangan Islam sesuai konsep al-mahdi ila al-lahdi (dari ayunan sampai ke liang lahad). Sedangkan obyek formanya adalah upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh ilmu pendidikan Islam dalam memberikan jawaban atas problema manusia sebagai makhluk pendidikan.[10] Dengan kata lain, obyek forma ilmu pendidika Islam adalah komponen-komponen upaya pendidikan yang terdiri dari pendidik, peserta didik, tujuan pendidikan, lembaga pendidikan, dan strategi yang digunakan atau kurikulum.

Persoalan-persoalan diatas tidak bisa dilepaskan dari pandangan Islam, yaitu bagaimana mengupayakan suatu pendidikan Islam yang secara sistematis dan berencana dapat mewujudkan tercapainya tujuan hidup seorang Muslim yang beriman, berilmu, dan beramal secara baik dan benar serta mampu membangun struktur kehidupan dunianya berdasarkan tuntunan dan syar’at Islam.

C. OBYEK KAJIAN DAN SISTEMATIKA

Sekalipun obyek ilmu pendidikan Islam adalah manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk pendidikan, akan tetapi karena luasnya jangkauan pendidikan Islam terhadap manusia, menyebabkan ruang lingkup ilmu pendidikan Islam menjadi cukup luas dan kompleks.

Adapun yang menjadi ruang lingkup atau wilayah kajian ilmu pendidikan dapat dibedakan berdasarkan aspek kajian teoritis dan praktisnya. Secara teoritis, ilmu pendidikan Islam berusaha menyusun dan menetapkan teori, konsep dan asumsi-asumsi pendidikan yang berkenaan dengan subyek pendidikan berikut unsur dan komponennya agar senantiasa relevan dengan tuntunan Islam. Dari segi praktisnya, ilmu pendidikan Islam berusaha memberikan petunjuk bagaimana semestinya melaksanakan pendidikan yang sesuai dengan petunjuk ajaran Islam, baik struktural maupun operasionalnya.[11]

Unsur dasar pendidikan seperti dikatakan Noeng Muhadjir sekurang-kurangnya terdiri dari enam unsur, yaitu:

1.    Unsur Pemberi

2.    Unsur Penerima

3.    Unsur Tujuan

4.    Unsur Materi

5.    Unsur Cara

6.    Unsur Konteks Positif[12]

Dua unsur pertama, yaitu “pemberi” dan “penerima” adalah pendidik dan peserta didik. Keduanya menempati kedudukan strategis dalam pendidikan. Akan tetapi, dibutuhkan unsur yang ketiga yaitu tujuan dilaksanakannya suatu pendidikan. Unsur tujuan dalam pendidikan Islam sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an :

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl [16] : 125)

Unsur keempat adalah materi/isi yang dalam pendidikan Islam mestilah mengandung nilai-nilai manfaat bagi kemanusiaan. Unsur kelima adalah cara atau jalan untuk mencapai tujuan pendidikan. Cara yang digunakan juga harus tetap konsisten dengan kebaikan. Unsur keenam sebagai unsur yang membedakan antara pendidikan umum dan pendidikan Islam. Dalam hal ini, setiap usaha pendidikan Islam menuntut konteks positif, misalnya mengikis segi-segi yang negatif atau sekurang-kurangnya meminimalkan yang negatif.

Berdasarkan enam unsur pendidikan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan adalah suatu aktivitas interaktif antara pendidik dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang baik dengan memberikan ilmu dan keterampilan yang bermanfaat dengan cara yang baik, dan dalam konteks yang positif.[13]

Selanjutnya jika dilihat berdasarkan komponen utama pendidikan, maka pendidikan sekurang-kurangnya juga terdiri atas enam komponen, yaitu:

1.    Kurikulum

2.    Kesiapan belajar peserta didik

3.    Personifikasi pendidik

4.    Alat/media

5.    Proses belajar mengajar

6.    Lingkungan pendidikan[14]

Kurikulum bukanlah unsur pendidikan, tetapi kedudukannya menjadi sangat penting, karena didalamnya terkandung tujuan pendidikan dengan kata lain, isi kandungan kurikulum memuat sikap, nilai, ilmu pengetahuan dan keterampilan.

Komponen yang kedua adalah kesiapan belajar peserta didik. Walaupun kurikulum sudah bagus, tetapi bila peserta didiknya tidak memiliki kesiapan belajar maka hasilnya tidak memuaskan. Untuk itu semua aktivitas pendidikan hendaklah berupaya menciptakan suasana pendidikan yang dapat memungkinkan peserta didik memiliki kesiapan belajar secara aktif dan kreatif.

Suasana pendidikan yang demikian berkaitan dengan personifikasi seorang pendidik sebagi komponen ketiga. Dalam Islam, seorang pendidik bukan sekedar menguasai materi dan metode penyajiannya, tetapi dapat pula menampilkan nilai-nilai keilmuannya dalam bersikap, bertindak dan berbuat, di dalam dan di luar kegiatannya sebagai pendidik.

Komponen keempat adalah alat/media yang digunakan dalam aktivitas pendidikan, yaitu sarana dan prasarana untuk membantu terlaksananya pendidikan, baik perangkat lunak maupun perangkat kerasnya.

Komponen kelima menunjukkan bahwa usaha pendidikan lebih banyak ditentukan oleh aktivitas belajar pesera didik daripada kegaitan mengajar pendidik. Karena itulah, bukan kegaitan mengajarnya yang paling menentukan, tetapi kegiatan belajarnyalah yang paling diutamakan. Pendidikan Islam mengupayakan adanya kesadaran diri peserta didik untuk gemar belajar, sehingga belajar itu benar-benar dengan ikhlas tanpa menjadi beban.

Komponen terakhir menyangkut tempat atau lokasi dimana pendidikan itu dilaksanakan. Dalam hal ini, tempat yang dimaksudkan adalah sekolah, madrasah atau pun pesantren-pesantren.

D. MANFAAT KAJIAN ILMU PENDIDIKAN ISLAM

Ada tiga hal yang menjadi manfaat yang dapat membantu pendidik dan tenaga kependidikan, yaitu:

  1. Menyusun dan mengemukakan konsep, teori, paradigma dan asumsi-asumsi pendidikan yang sesuai dengan pandangan Islam melalui pemikiran dan penelitian yang dilaksanakan secara teratur dan sistematis untuk memperoleh kebenaran yang logis dan rasional.
  2. Memberikan petunjuk bagaimana melaksanakan suatu pendidikan yang sesuai dengan konsep Islam.
  3. Melukiskan dan menggambarkan subyek dan obyek pendidikan sebagaimana adanya.[15]

E. EVIDENSI EMPIRIK

Setiap temuan ilmu haruslah didasarkan pada evidensi empirik, yang berarti dapat diuji kemantapan internalnya. Dalam hal ini, jika suatu penelitian telah dibuat, dan penelitian serupa diulangi menurut langkah-langkah yang sama, maka hasil yang diperoleh setidaknya mendekati hasil penelitian yang sama.

Noeng Muhadjir mengemukakan bahwa, kebenaran empirik dapat dibagi ke dalam empat klasifikasi, yaitu:

  1. Empirik sensual
  2. Empirik logik
  3. Empirik etik
  4. Empirik transedental

Kebenrana evidensi empirik sensual dapat dijangkau dengan ketelitian indera manusia dalam menangkap gejala-gejala alam. Sedangkan evidensi empirik logik hanya dapat dijangkau dengan ketajaman pikir. Kebenaran evidensi etik hanya dapat ditangkap dengan menajamkan pikir dan hati nurani. Sementara kebenaran evideni transdental hanya dapat terjangkau oleh hati nurani dan keimanan manusia pada Tuhan.

Berdasarkan klasifikasi diatas, maka konsep ataupun rumusan teori yang dikemukakan oleh ilmu pendidikan Islam, baik yang disandarkan kepada wahyu yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhamamd Saw berikut hadis-hadis beliau yang disebut sebagai pengetahuan abadi maupun yang disandarkan atas pengetahuan perolehan, memperlihatkan bahwa konsep dan teori yang dikembangkan oleh ilmu pendidikan Islam secara menyeluruh masih berada dalam lingkup evidensi empirik.[16]

 

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ilmu pendidikan Islam adalah disiplin ilmu pendidikan yang berlandaskan ajaran islam, yang teori dan konsep-konsepnya digali dan dikembangkan melalui pemikiran dan penelitian ilmiah berdasarkan tuntunan dan petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah. Al-Qur’an bukan buku pendidikan, tetapi sesuai dengan tujuan dan fungsinnya.

Ilmu pendidikan Islam tidak dapat disebut sebagai filsafat pendidikan Islam atua cabang filsafat pendidikan Islam. Karakteristik dan sifat  Ilmu pendidikan Islam ditegakkan atas dasar prinsip keilmuan sebagaimana displin ilmu lainnya yang memiliki obyek yang jelas, logis, memiliki struktur yang sistematis, memiliki metode yang spesifik serta memiliki evidensi empirik yang secara kumulatif akan terus berkembang.

Memang dalam hal tertentu, ilmu pendidikan Islam terlihat identik dengan filsafat pendidikan Islam, karena di dalam ilmu pendidikan Islam dipersoalkan juga mengenai hal-hal yang bersifat fundasional, terutama mengenai konsep pendidikan sebagai bagian dari ilmu teoritisnya. Hal tersebut dalam filsafat pendidikan Islam sesuai dengan sifatnya yang mempelajari sesuatu secara radikal dan sehakiki mungkin.

Ilmu pendidikan umumnya, khususnya ilmu pendidikan Islam memiliki 2 obyek, yaitu obyek materi dan obyek forma. Obyek materinya adalah manusia yang sedang berkembang, yaitu manusia yang sedang mengalami pertumbuhan di dunia ini yang didasarkan pada pandangan Islam sesuai konsep al-mahdi ila al-lahdi (dari ayunan sampai ke liang lahad). Sedangkan obyek formanya adalah upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh ilmu pendidikan Islam dalam memberikan jawaban atas problema manusia sebagai makhluk pendidikan. Dengan kata lain, obyek forma ilmu pendidika Islam adalah komponen-komponen upaya pendidikan yang terdiri dari pendidik, peserta didik, tujuan pendidikan, lembaga pendidikan, dan strategi yang digunakan atau kurikulum.

Adapun yang menjadi ruang lingkup atau wilayah kajian ilmu pendidikan dapat dibedakan berdasarkan aspek kajian teoritis dan praktisnya. Secara teoritis, ilmu pendidikan Islam berusaha menyusun dan menetapkan teori, konsep dan asumsi-asumsi

pendidikan yang berkenaan dengan subyek pendidikan berikut unsur dan komponennya agar senantiasa relevan dengan tuntunan Islam. Dari segi praktisnya, ilmu pendidikan Islam berusaha memberikan petunjuk bagaimana semestinya melaksanakan pendidikan yang sesuai dengan petunjuk ajaran Islam, baik struktural maupun operasionalnya.

Ada tiga hal yang menjadi manfaat yang dapat membantu pendidik dan tenaga kependidikan, yaitu:

  1. Menyusun dan mengemukakan konsep, teori, paradigma dan asumsi-asumsi pendidikan yang sesuai dengan pandangan Islam melalui pemikiran dan penelitian yang dilaksanakan secara teratur dan sistematis untuk memperoleh kebenaran yang logis dan rasional.
  2. Memberikan petunjuk bagaimana melaksanakan suatu pendidikan yang sesuai dengan konsep Islam.
  3. Melukiskan dan menggambarkan subyek dan obyek pendidikan sebagaimana adanya.

Konsep ataupun rumusan teori yang dikemukakan oleh ilmu pendidikan Islam, baik yang disandarkan kepada wahyu yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhamamd Saw berikut hadis-hadis beliau yang disebut sebagai pengetahuan abadi maupun yang disandarkan atas pengetahuan perolehan, memperlihatkan bahwa konsep dan teori yang dikembangkan oleh ilmu pendidikan Islam secara menyeluruh masih berada dalam lingkup evidensi empirik.

B. SARAN

Penulis dalam hal ini menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya tugas ini masih perlu perbaikan dan penyempurnaan melalui kritikan dan masukan bermanfaat dari para pembaca sekalian. Semoga tugas yang sederhana ini dapat memberi manfaat bagi kita semua terkhusus mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika FITK-UINSU Medan. Aamiin.

 

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahannya

Dardiri, Achmad. 2006. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : FIP Universitas Negeri Yogyakarta

Salminawati. 2011. Filsafat Pendidikan Islam : Membangun Konsep Pendidikan yang Islami. Medan : Cita Pustaka

Siddik, Dja’far. 2015. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Medan : Iain Press

                        . 2011. Konsep Dasar Ilmu Pendidikan Islam. Medan : Cita Pustaka

Tafsir, Ahmad. 2011. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung : Remaja Rosdakarya

Usiono. 2015. Filsafat Pendidikan Islam. Medan : Cita Pustaka

http://sangaltari.blogspot.co.id/2014/11/makalah-konsep-dasar-pendidikan-dalam.html (Diakses Pada 18 Mei 2017 Pukul 21:06 Wib)

http://www.academia.edu/28841244/MAKALAH_KONSEP_DASAR_PENDIDIKAN_ISLAM (Diakses Pada 18 Mei 2017 Pukul 21:06 Wib)

Catatan Kaki
[1] Dja’far Siddik, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan Islam, (Medan: Cita Pustaka, 2011) hal. 1
[2] Dja’far Siddik, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Medan: IAIN Press, 2015) hal. 1
[3] Ibid, Hal.2
[4] Op.Cit,
[5] Ibid
[6] Usiono, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Cita Pustaka, 2015), hal.14
[7] Abdul Munir Mulkhan, Paradigma Intelektuan Muslim: Pengantar Filsafat Pendidikan Islam dan Dakwah, (Yogyakarta: Sipress, 1993), hal.74
[8] Salminawati, Filsafat Pendidikan Islam, (Medan: Cita Pustaka Media, 2011), hal 17
[9] Dja’far Siddik, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan Islam, (Medan: Cita Pustaka, 2011) hal. 2
[10] Ibid.
[11] Dja’far Siddik, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Medan: IAIN Press, 2015) hal. 9
[12] Noeng Muhadjir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial: Suatu Teori Pendidikan (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1997) hal.1-7
[13] Dja’far Siddik, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan Islam, (Medan: Cita Pustaka, 2011) hal. 8
[14] Op.Cit
[15] Dja’far Siddik, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Medan: IAIN Press, 2015) hal. 13
[16] Ibid

Tinggalkan komentar